Aqidah bersifat ghaib, dan yang ghaib tersebut bertumpu pada penyerahan diri. Kaki Islam tidak akan
berdiri tegak malainkan diatas pondasi penyerahan diri dan kepasarahan. Imam kepada yang ghaib merupakan salah satu sifat terpenting bagi orang-orang mukmin yang dipuji oleh
Allah Ta'ala, dan Firmannya, Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Qs. Al-Baqarah: 1-3)
Sebab, akal tidak mampu memahami yang ghaib dan tidak mampu secara mandiri mengetahui syariat secara rinci, karena Kelemahan dan keterbatasannya. Sebagaimana pendengaran manusia yang terbatas penglihatannya, dan kekuatan yang terbatas, maka akalnya pun terbatas. Sehingga tidk ada pilihan lain selain beriman kepada yang ghaib dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Sedangkan aqidah-aqidah lainnya tidak berserah diri kepada Allah dan Rasulnya, melainkan tunduk kepada rasio, akal, dan hawa nafsu. Padahal sumber kerusakan umat dan agama tidak lain adalah karena mendahulukan aqli daripada naqli, mendahulukan rasio daripada wahyu, dan mendahulukan hawa nafsu daripada pentujuk.
diambil dari buku Aqidah Ahlus Sunnah
Konsep, ciri Khas dan Kekhususan Penganutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar